( AMANK ADI) أمانك أدي

Kamis, 14 Oktober 2010

IKHTISAR SENGSARA MEMBAWA NIKMAT


http://mustphargoblog.blogspot.com/2009/05/sengsara-membawa-nikmat.html

IKHTISAR ROMAN INDONESIA

Judul Roman         :       Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang            :       Tulis Sutan Sati
Penerbit              :       Balai Pustaka
Tahun Terbit        :       1991 

Tema  Cerita  :     Persoalan anak muda dalam kehidupan masyarakat adat Minangkabau

Latar Cerita   :     Padang, Bogor, dan Jakarta

Tokoh-Tokoh   :     1.    Midun; seorang pemuda anak petani,  baik budi,  santun,   penyabar,
       dan agamis, namun  selalu difitnah dan sering ditimpa kemalangan.
2.      Tuanku  Laras;  kepala desa yang kaya raya, sangat ditakuti sekaligus dihormati.
3.      Kacak; seorang pemuda kaya yang suka berfoya-foya, namun buruk budi dan suka iri dengki dengan kebahagiaan orang lain.
4.      Haji Abbas; seorang penghulu. Guru ngaji dan guru silatnya Midun.
5.      Maun; seorang pemuda baik budi dan agamis. Sahabat Midun.
6.      Halimah; seorang perempuan yang baik budi dan yatim yang tinggal dengan ayah tiri yang  kaya. Dia adalah pacar Midun.
7.      Pak Karto; petugas penjara yang baik.
8.      Syekh Abdullah Al-Hadramaut; seorang rentenir keturunan Arab yang kaya.
9.      Tuan Hoofdcommissaris; orang Belanda yang menjabat Kepala Komisaris.
10.   Manjau; adik kandung  Midun yang juga baik budi.

Ringkasan Cerita :

          Seorang pemuda bernama Kacak, yang merasa memiliki mamak seorang kepala desa, lalu mempunyai sifat sombong dan selalu berbuat sekehendak hatinya, sehingga kurang disukai oleh orang-orang sekampungnya. Berbeda dengan Midun, walaupun hanya anak seorang petani miskin, namun karena mempunyai pendidikan moral dan agama yang baik, maka  Midun sangat disukai oleh orang-orang kampung.
          Banyaknya orang kampung yang menyukai perangai Midun, membuat Kacak iri dan benci sama Midun. Kacak selalu mencari gara-gara agar Midun marah padanya dan meladeni tantanganya untuk berkelahi.Akan tetapi, Midun selalu menghindar dan memilih mengalah jika sempat terjadi perkelahian.
          Suatu hari istri Kacak tenggelam dalam sungai dan hampir dihanyutkan arusnya. Namun, dapat diselamatkan oleh Midun. Perbuatan terpuji Midun itu bukannya dibalas terimakasih oleh Kacak, tapi sebaliknya, malah dituduh dan difitnah bahwa Midun hendak memperkosa isterinya. Saat itu Kacak sangat marah dengan Midun dan mengajaknya berkelahi. Tantangan itu diladeni Midun. Tentu saja Midun yang menang.Kekalahan itu membuat Kacak marah besar.Dia mengadukan Midun pada mamaknya yang kepala desa, bahwa Midun hendak memperkosa isterinya.
          Berdasarkan laporan itu, Midun ditangkap dan diberi hukuman bekerja di rumah Tuan Laras. Kacak gembira melihat hal itu, apalagi orang yang ditugaskan mengawasi Midun bekerja di rumah Tuan Laras adalah dirinya sendiri. Kesempatan ini tidak disia-siakan Kacak. Hampir tiap hari dia mengganggu Midun yang sedang bekerja. Namun, Midun tak pernah mau meladeninya.Midun selalu sabar dan mengalah tiap kali diganggu Kacak.
          Walaupun Midun sudah mendapat hukuman dari Tuan Laras, Kacak rupanya belum puas juga, karena Midun masih bias berkeliaran di kampung. Kacak mengatur siasat bersama teman-temannya. Dia menyewa pembunuh bayaran untuk mencelakakan Midun waktu acara pacuan Kuda. Di tengah keramaian lomba, ketika Midun dan Maun sedang mencari nasi di suatu warung, orang suruhan Kacak tiba-tiba menusuknya dengan  pisau. Untung Midun mampu mengelaknya, sekalipun perkelahian tak dapat dihindarkan. Suasana pacuan jadi makin ramai. Polisi akhirnya dating dan menghentikan perkelahian itu. Midun dan Maun ditangkap dan dibawa ke sipir polisi. Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sebaliknya Midun dinyatakan bersalah dan dimasukkan ke dalam sel. Kacak gembira mendengar kabar bahwa Midun di penjara. Dia menganggap dirinya makin bisa berbuat seenaknya di kampung.
          Di penjara, Midun disiksa, baik oleh petugas polisi maupun orang-orang tahanan lainnya. Penyiksaan itu baru berhenti ketika suatu saat Midun mampu mengalahkan seorang tahanan yang dianggap paling jago. Setelah itu, rupanya orang-orang tahanan lainnya menjadi segan dan takut dengan Midun. Midun sangat mereka hormati dan dijadikan sebagai pemimpin para tahanan di penjara.
          Suatu hari, ketika sedang menyapu jalanan, Midun melihat seorang gadis cantik sedang duduk melamun di bawah sebatang pohon. Ketika gadis itu pergi, kalung yang dikenakannya jatuh dan tertinggal di bawah pohon. Oleh Midun, kalung bertahtakan berlian itu dikembalikan keempunya. Dia dating ke rumah si gadis untuk mengembalikan kalung itu. Betapa senang hati si gadis yang bernama Halimah tersebut. Perangai Midun itu membuat si gadis jatuh cinta. Midun pun ternyata juga demikian.
          Halimah adalah seorang yatim yang tinggal dengan seorang ayah tiri yang kaya raya. Namun, hidupnya sangat tertekan. Hal ini diceritakannya dengan Midun dan dinyatakannya bahwa dia hendak meninggalkan ayah tirinya itu. Dia minta bantuan Midun. Tidak beberapa lama kemudian, setelah bebas dari penjara, Midun yang dibantu oleh Pak Karto, seorang pembantu sipir di penjara, membawa minggat Halimah ke rumah orang tua kandungnya di Bogor.
          Dua bulan Midun tinggal di rumah orang tua Halimah. Walaupun orang tua Halimah sangat baik padanya, namun Midun tidak mau sekadar numpang makan dan minum. Dia kemudian  mencari kerja ke Jakarta. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang lelaki keturunan Arab, yang bersedia meminjamkan uang kepada  Midun untuk modal berdagang. Midun pun memulai usaha dagangnya di Jakarta.
          Makin lama usaha Midun makin maju. Melihat hal itu, si Arab yang bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut yang ternyata seorang rentenir, menagih utang Midun dengan jumlah yang lebih besar dari jumlah pinjaman Midun. Midun tak mau membayar karena merasa ditipu. Karena gagal menagih, si Arab menggunakan akal liciknya, yaitu bersedia dibayar Midun sesuai pinjaman asal Midun merelakan Halimah diperistrinya. Tentu saja Midun tak mau dan Halimah pun marah pada si Arab. Karena gagal lagi, si Arab kemudian mengajukan Midun ke meja hijau. Di pengadilan, Midun kalah dan terpaksa harus mendekam lagi di penjara.
          Midun, sekalipun selalu dirundung malang, namun karena perangainya yang baik dan jujur itu, dia juga selalu mendapat pertolongan dari orang-orang. Habis keluar penjara, Midun pergi Jalan-jalan ke Pasar Baru. Di sana, tiba-tiba Midun melihat ada orang sedang ngamuk hendak menyerang seorang sinyo Belanda. Midun turun tangan menolong si Sinyo dari amukkan orang itu. Sinyo selamat dan berterima kasih dengan  Midun. Midun dibawanya pulang ke rumah dan ditemukannya dengan orang tuanya, yang ternyata seorang Kepala Komisaris. Sebagai ucapan terimakasihnya, orang tua si Sinyo, tuan Hoofdcommissaris, memberi Midun pekerjaan sebagai juru tulis. Setelah mendapat pekerjaan, Midun lalu melamar Halimah.
          Karena sifatnya yang suka bekerja keras dan jujur, Midun diangkat sebagai Menteri Polisi di Tanjung Priok. Midun ditugaskan untuk menumpas para penyelundup di daerah Medan. Secara kebetulan dia bertemu adiknya. Manjau. Adiknya bercerita bahwa ayahnya sudah meninggal dunia dan kehidupan keluarganya di kampung sengsara. Midun jadi sedih. Dia lalu memutuskan untuk memajukan permohonan kembali ke kampung halamannya. Permohonan itu dikabulkan Tuan komisaris.
          Kepulangan Midun, yang sudah menjadi polisi, di kampung halamannya itu rupanya membuat Kacak, yang sekarang sudah menjadi penghulu kampung itu menjadi gelisah, karena ternyata dia telah melakukan perbuatan tercela, yaitu menggelapkan uang negara. Tak lama kemudian, Kacak pun ditangkap karena kejahatannya terbongkar. Dan Kacak pun masuk penjara. Akhirnya, Midun hidup bahagia dengan seluruh keluarganya di kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar