( AMANK ADI) أمانك أدي

Kamis, 14 Oktober 2010

IKHTISAR SENGSARA MEMBAWA NIKMAT


http://mustphargoblog.blogspot.com/2009/05/sengsara-membawa-nikmat.html

IKHTISAR ROMAN INDONESIA

Judul Roman         :       Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang            :       Tulis Sutan Sati
Penerbit              :       Balai Pustaka
Tahun Terbit        :       1991 

Tema  Cerita  :     Persoalan anak muda dalam kehidupan masyarakat adat Minangkabau

Latar Cerita   :     Padang, Bogor, dan Jakarta

Tokoh-Tokoh   :     1.    Midun; seorang pemuda anak petani,  baik budi,  santun,   penyabar,
       dan agamis, namun  selalu difitnah dan sering ditimpa kemalangan.
2.      Tuanku  Laras;  kepala desa yang kaya raya, sangat ditakuti sekaligus dihormati.
3.      Kacak; seorang pemuda kaya yang suka berfoya-foya, namun buruk budi dan suka iri dengki dengan kebahagiaan orang lain.
4.      Haji Abbas; seorang penghulu. Guru ngaji dan guru silatnya Midun.
5.      Maun; seorang pemuda baik budi dan agamis. Sahabat Midun.
6.      Halimah; seorang perempuan yang baik budi dan yatim yang tinggal dengan ayah tiri yang  kaya. Dia adalah pacar Midun.
7.      Pak Karto; petugas penjara yang baik.
8.      Syekh Abdullah Al-Hadramaut; seorang rentenir keturunan Arab yang kaya.
9.      Tuan Hoofdcommissaris; orang Belanda yang menjabat Kepala Komisaris.
10.   Manjau; adik kandung  Midun yang juga baik budi.

Ringkasan Cerita :

          Seorang pemuda bernama Kacak, yang merasa memiliki mamak seorang kepala desa, lalu mempunyai sifat sombong dan selalu berbuat sekehendak hatinya, sehingga kurang disukai oleh orang-orang sekampungnya. Berbeda dengan Midun, walaupun hanya anak seorang petani miskin, namun karena mempunyai pendidikan moral dan agama yang baik, maka  Midun sangat disukai oleh orang-orang kampung.
          Banyaknya orang kampung yang menyukai perangai Midun, membuat Kacak iri dan benci sama Midun. Kacak selalu mencari gara-gara agar Midun marah padanya dan meladeni tantanganya untuk berkelahi.Akan tetapi, Midun selalu menghindar dan memilih mengalah jika sempat terjadi perkelahian.
          Suatu hari istri Kacak tenggelam dalam sungai dan hampir dihanyutkan arusnya. Namun, dapat diselamatkan oleh Midun. Perbuatan terpuji Midun itu bukannya dibalas terimakasih oleh Kacak, tapi sebaliknya, malah dituduh dan difitnah bahwa Midun hendak memperkosa isterinya. Saat itu Kacak sangat marah dengan Midun dan mengajaknya berkelahi. Tantangan itu diladeni Midun. Tentu saja Midun yang menang.Kekalahan itu membuat Kacak marah besar.Dia mengadukan Midun pada mamaknya yang kepala desa, bahwa Midun hendak memperkosa isterinya.
          Berdasarkan laporan itu, Midun ditangkap dan diberi hukuman bekerja di rumah Tuan Laras. Kacak gembira melihat hal itu, apalagi orang yang ditugaskan mengawasi Midun bekerja di rumah Tuan Laras adalah dirinya sendiri. Kesempatan ini tidak disia-siakan Kacak. Hampir tiap hari dia mengganggu Midun yang sedang bekerja. Namun, Midun tak pernah mau meladeninya.Midun selalu sabar dan mengalah tiap kali diganggu Kacak.
          Walaupun Midun sudah mendapat hukuman dari Tuan Laras, Kacak rupanya belum puas juga, karena Midun masih bias berkeliaran di kampung. Kacak mengatur siasat bersama teman-temannya. Dia menyewa pembunuh bayaran untuk mencelakakan Midun waktu acara pacuan Kuda. Di tengah keramaian lomba, ketika Midun dan Maun sedang mencari nasi di suatu warung, orang suruhan Kacak tiba-tiba menusuknya dengan  pisau. Untung Midun mampu mengelaknya, sekalipun perkelahian tak dapat dihindarkan. Suasana pacuan jadi makin ramai. Polisi akhirnya dating dan menghentikan perkelahian itu. Midun dan Maun ditangkap dan dibawa ke sipir polisi. Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sebaliknya Midun dinyatakan bersalah dan dimasukkan ke dalam sel. Kacak gembira mendengar kabar bahwa Midun di penjara. Dia menganggap dirinya makin bisa berbuat seenaknya di kampung.
          Di penjara, Midun disiksa, baik oleh petugas polisi maupun orang-orang tahanan lainnya. Penyiksaan itu baru berhenti ketika suatu saat Midun mampu mengalahkan seorang tahanan yang dianggap paling jago. Setelah itu, rupanya orang-orang tahanan lainnya menjadi segan dan takut dengan Midun. Midun sangat mereka hormati dan dijadikan sebagai pemimpin para tahanan di penjara.
          Suatu hari, ketika sedang menyapu jalanan, Midun melihat seorang gadis cantik sedang duduk melamun di bawah sebatang pohon. Ketika gadis itu pergi, kalung yang dikenakannya jatuh dan tertinggal di bawah pohon. Oleh Midun, kalung bertahtakan berlian itu dikembalikan keempunya. Dia dating ke rumah si gadis untuk mengembalikan kalung itu. Betapa senang hati si gadis yang bernama Halimah tersebut. Perangai Midun itu membuat si gadis jatuh cinta. Midun pun ternyata juga demikian.
          Halimah adalah seorang yatim yang tinggal dengan seorang ayah tiri yang kaya raya. Namun, hidupnya sangat tertekan. Hal ini diceritakannya dengan Midun dan dinyatakannya bahwa dia hendak meninggalkan ayah tirinya itu. Dia minta bantuan Midun. Tidak beberapa lama kemudian, setelah bebas dari penjara, Midun yang dibantu oleh Pak Karto, seorang pembantu sipir di penjara, membawa minggat Halimah ke rumah orang tua kandungnya di Bogor.
          Dua bulan Midun tinggal di rumah orang tua Halimah. Walaupun orang tua Halimah sangat baik padanya, namun Midun tidak mau sekadar numpang makan dan minum. Dia kemudian  mencari kerja ke Jakarta. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang lelaki keturunan Arab, yang bersedia meminjamkan uang kepada  Midun untuk modal berdagang. Midun pun memulai usaha dagangnya di Jakarta.
          Makin lama usaha Midun makin maju. Melihat hal itu, si Arab yang bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut yang ternyata seorang rentenir, menagih utang Midun dengan jumlah yang lebih besar dari jumlah pinjaman Midun. Midun tak mau membayar karena merasa ditipu. Karena gagal menagih, si Arab menggunakan akal liciknya, yaitu bersedia dibayar Midun sesuai pinjaman asal Midun merelakan Halimah diperistrinya. Tentu saja Midun tak mau dan Halimah pun marah pada si Arab. Karena gagal lagi, si Arab kemudian mengajukan Midun ke meja hijau. Di pengadilan, Midun kalah dan terpaksa harus mendekam lagi di penjara.
          Midun, sekalipun selalu dirundung malang, namun karena perangainya yang baik dan jujur itu, dia juga selalu mendapat pertolongan dari orang-orang. Habis keluar penjara, Midun pergi Jalan-jalan ke Pasar Baru. Di sana, tiba-tiba Midun melihat ada orang sedang ngamuk hendak menyerang seorang sinyo Belanda. Midun turun tangan menolong si Sinyo dari amukkan orang itu. Sinyo selamat dan berterima kasih dengan  Midun. Midun dibawanya pulang ke rumah dan ditemukannya dengan orang tuanya, yang ternyata seorang Kepala Komisaris. Sebagai ucapan terimakasihnya, orang tua si Sinyo, tuan Hoofdcommissaris, memberi Midun pekerjaan sebagai juru tulis. Setelah mendapat pekerjaan, Midun lalu melamar Halimah.
          Karena sifatnya yang suka bekerja keras dan jujur, Midun diangkat sebagai Menteri Polisi di Tanjung Priok. Midun ditugaskan untuk menumpas para penyelundup di daerah Medan. Secara kebetulan dia bertemu adiknya. Manjau. Adiknya bercerita bahwa ayahnya sudah meninggal dunia dan kehidupan keluarganya di kampung sengsara. Midun jadi sedih. Dia lalu memutuskan untuk memajukan permohonan kembali ke kampung halamannya. Permohonan itu dikabulkan Tuan komisaris.
          Kepulangan Midun, yang sudah menjadi polisi, di kampung halamannya itu rupanya membuat Kacak, yang sekarang sudah menjadi penghulu kampung itu menjadi gelisah, karena ternyata dia telah melakukan perbuatan tercela, yaitu menggelapkan uang negara. Tak lama kemudian, Kacak pun ditangkap karena kejahatannya terbongkar. Dan Kacak pun masuk penjara. Akhirnya, Midun hidup bahagia dengan seluruh keluarganya di kampung.

Rabu, 13 Oktober 2010

Hikayat Ghaib


 

Alam

Alam Syahadah

Alam keseluruhannya dinamakan alam kejadian atau alam makhluk atau segala sesuatu yang Allah ciptakan daripada yang sekecil-kecilnya hinggalah ke sebesar-besarnya. Makhluk kejadian Allah boleh dibahagikan kepada tiga peringkat alam.
1. Alam Syahadah
2. Alam Misal
3. Alam Arwah

Alam Syahadah adalah benda dalam erti kata yang luas. Jangan menyangka sesuatu yang jauh dan tidak dapat dipandang dengan mata kasar itu sebagai bukan benda. Jika bintang merupakan benda yang paling jauh kelihatan pada pandangan kita, yang lebih jauh daripada bintang dan tidak dapat dipandang juga termasuk dalam kumpulan kebendaan. Benda atau jisim boleh dibahagikan kepada tiga kategori:
1. Jisim yang boleh dilihat dan dipegang
2. Jisim tipis yang ditembusi pandangan (transparent)
3. Jisim halus yang ghaib

Ketiga-tiga jenis jisim tersebut boleh didapati di dalam Alam Syahadah. Alam Syahadah pula boleh dibahagikan kepada empat peringkat alam.
1. Alam Langit Dunia
2. Alam Bumi
3. Alam Langit-langit
4. Alam al-Kursi Yang Agung

Alam Langit Dunia

Satu bahagian kecil daripada alam ini ialah planet bumi di mana tinggal di atasnya makhluk yang berbangsa manusia. Planet bumi bersama-sama bulan dan planet-planet yang lain berada di dalam satu tingkatan alam yang dinamakan Sistem Matahari. Pada mulanya ahli astronomi menyangkakan matahari menjadi pusat kepada alam. Penemuan kemudiannya menunjukkan matahari hanyalah sebiji bintang di antara jutaan bintang-bintang. Apabila ilmu astronomi semakin maju manusia menemui maklumat bahawa kumpulan bintang-bintang yang sangat banyak membentuk satu galaxy. Ahli astronomi membuat anggaran terdapat kira-kira satu ratus ribu juta bintang dalam galaxy yang ada planet bumi. Bintang-bintang berpusing mengelilingi satu pusat yang dipanggil Pusat Sistem Galaxy. Ahli astronomi membuat kiraan dan mendapati matahari kita mengambil masa 225 juta tahun untuk mengelilingi Pusat Sistem Galaxy satu pusingan.

Di samping galaxy yang terkandung planet bumi terdapat pula galaxy-galaxy lain. Bintang-bintang bagi setiap galaxy mengelilingi Pusat Sistem Galaxy masing-masing. Ada ahli astronomi membuat kiraan dan menganggarkan terdapat kira-kira 10 ribu juta galaxy semuanya.

Ukuran di antara bintang-bintang dan galaxy-galaxy tidak lagi diukur dengan kiraan batu atau kilometer, tetapi digunakan sukatan tahun cahaya. Cahaya bergerak selaju 186,000 batu satu saat. Hasil kiraan ahli astronomi mendapati jarak matahari kita dengan bintang yang paling hampir ialah 4 ¼ tahun cahaya.

Tiap galaxy bergerak dengan kelajuan yang berbeza. Galaxy yang dekat dengan kita lambat pergerakannya sementara yang lebih jauh lebih pantas pergerakannya. Pada jarak tertentu galaxy tidak kelihatan lagi kerana ia sudah lebih laju daripada cahaya lalu membawa cahayanya bersama-sama dan tidak mungkin lagi cahaya tersebut sampai ke bumi. Hasil kiraan ahli astronomi mendapati jarak di mana galaxy membawa cahaya bersama-samanya ialah tidak kurang daripada 13 ribu juta tahun cahaya. Inilah perbatasan ahli astronomi yang dapat dicapai melalui bantuan teleskop yang paling canggih. Kesemua galaxy tersebut berada di dalam satu alam yang bulat dan mengembang seumpama belon yang ditiupkan angin ke dalamnya.

Hasil penemuan melalui teleskop melahirkan teori-teori untuk menceritakan keadaan galaxy-galaxy selepas batas teleskop. Timbullah istilah Group, Metagalaxy, Teragalaxy dan sebagainya, sehingga sampai kepada yang tanpa batas (infinity).

Teori-teori tersebut adalah bersifat mungkin dan agak-agak sahaja. Walaupun bersifat mungkin dan agak-agak tetapi bila disandarkan kepada sains dan teknologi manusia umum dapat menerimanya sebagai kebenaran. Malangnya teori yang dibuat oleh ahli agama berdasarkan kitab ilmu alam yang paling jitu yang ‘ditulis’ sendiri oleh Pencipta alam, tidak dapat diterima umum kerana tidak saintifik. Sains siapa yang lebih hebat di antara sains yang menghidupkan orang ‘mati’ dengan memasukkan darah dan memindahkan organ dengan sains yang membangkitkan orang yang di dalam kubur hanya dengan berkata, :”Bangunlah kamu dengan izin Allah”. Sesungguhnya sains “Dengan izin Allah” tidak dapat dicabar dan tidak mungkin dicabar oleh sains manusia buat selama-lamanya. Oleh itu apabila sains manusia mengaku kalah berpindahlah kepada sains “:Dengan izin Allah”. Pasti keterangan yang lebih lanjut dan jelas dapat diperolehi.

Ahli agama yang mendapat sains “Dengan izin Allah” dinamakan ahli al-hak, ertinya pakar yang sebenarnya. Ada juga kalangan masyarakat menamakan mereka sebagai manusia kebenaran atau orang kebenaran. Malangnya pula manusia kebenaran ini dianggap sebagai orang yang ‘betul bendul’. Tertutuplah rahsianya sebagai ahli sains yang hakiki dan tidak adalah orang yang bertanyakan perkara sains kepadanya.

Penghulu kepada sekalian ahli al-hak, Nabi Muhamamd .s.a.w, telah menjelajah ke seluruh alam maya sehingga ke puncak yang paling tinggi, yang tidak ada lagi alam kejadian selepas itu. Baginda s.a.w menceritakan apa yang baginda saksikan. Cerita yang dikhabarkan oleh Rasulullah s.a.w menjadi pedoman bagi ahli al-hak yang lain untuk mencungkil rahsia alam maya, seterusnya membina teori alam maya berdasarkan keterangan Rasulullah s.a.w dan penyaksian mereka sendiri. Bertaburanlah maklumat tentang alam maya yang telah dikeluarkan oleh manusia-manusia kebenaran yang tidak pernah mempelajari sains dan tidak tahu istilah-istilah sains. Mereka menggunakan istilah mereka sendiri. Timbullah teori bumi berada di atas tanduk lembu. Lembu pula berada di atas belakang ikan nun. Lembu memakan rumput yang tumbuh di atas belakang ikan. Apabila lembu bergerak berlakulah kegoncangan di atas bumi. Mendengar teori yang demikian orang terus menutup telinga, tidak masuk akal, Israiliyat dan karut. Padahal teori itu dikeluarkan oleh seorang yang diperakui ilmunya oleh Rasulullah s.a.w kerana baginda sendiri mendoakan agar mengurniakannya ilmu dan kefahaman. Beliau adalah Ibnu Abbas r.a.

Apabila ahli nujum membuat teori mengenai bintang 12, di antara 12 bintang tersebut ada dua bintang yang dinamakan lembu dan ikan. Ada pengaruh mempengaruhi di antara bintang lembu dengan bintang ikan dan juga bintang-bintang lain kepada penduduk di atas muka bumi. Teori ahli nujum tersebut diterima dengan penuh yakin sehingga boleh dikatakan semua orang tahu bintangnya masing-masing. Mereka boleh percaya kepada bintang lembu dan ikan yang dikatakan oleh ahli nujum tetapi menolak perkataan ahli kasyaf yang dapat menyaksikan apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar.

Kita kembali kepada Alam Langit Dunia. Kita mulai dari satu planet yang bernama bumi di mana kita tinggal di atasnya. Planet yang kita tinggal ini dinamakan bumi kerana kita mendiaminya. Jika kita mendiami bulan maka bulanlah bumi kita. Jika kita mendiami matahari maka mataharilah bumi kita. Jadi, maksud bumi adalah relatif. Yang menjadi identiti bumi ialah ia berada di dalam satu kerangka. Bagi planet bumi kita banjaran gunung-gunung menjadi kerangka. Gunung di atas bulan menjadi kerangka bulan.

Apabila planet bumi yang kecil ini berada di dalam satu kumpulan yang mengandungi berjuta-juta bintang ia dinamakan galaxy. Terdapat banyak galaxy sehingga sampai kepada satu peringkat semua galaxy tersebut berada di dalam satu kerangka. Seperti di planet bumi kerangka galaxy juga dinamakan gunung. Ia diistilahkan sebagai Gunung Qaf. Gunung Qaf merupakan satu alam yang luas yang terdapat di dalamnya banyak galaxy. Di samping Gunung Qaf yang planet bumi ada di dalamnya terdapat enam Gunung Qaf yang lain. Jumlah Gunung Qaf semuanya adalah tujuh. Tujuh Gunung Qaf itu berada atau terapung-apung di dalam ruang angkasa yang luas yang dikelilingi oleh satu bulatan yang dinamakan Langit Dunia atau Langit Rendah atau Langit Pertama.

Apabila planet bumi sudah menjadi terlalu kecil dibandingkan dengan kewujudan yang lain, konsep bumi itu pun berubah. Pada peringkat ini satu alam di dalam satu Gunung Qaf dinamakan satu bumi. Tujuh Gunung Qaf menjadi tujuh bumi. Terdapat tujuh bumi yang dilengkungi oleh Langit Dunia. Seluruh alam di dalam Langit Dunia ini dinamakan Alam al-Mulk. Jika istilah Alam al-Mulk dirasakan tidak sesuai maka boleh juga digunakan istilah Universe. Begitulah keadaan Universe yang digambarkan oleh ahli al-hak berdasarkan penyaksian mata hati mereka.

Alam Bumi

Langit Dunia, iaitu langit pertama merupakan permulaan Alam Malakut Bawah yang dinamakan juga Alam Barzakh, tempat roh yang meninggalkan jasad berhenti sementara menunggu ditiup sangkakala. Langit Dunia dengan segala isinya menjadi satu alam kecil terapung di dalam ruang angkasa alam Langit Kedua. Begitulah keadaannya sehinggalah sampai ke alam Langit Ketujuh.

Selepas Langit Ketujuh terdapat satu tingkat Alam Ghaib, bukan lagi Alam Syahadah. Alam Ghaib ini terdiri daripada benda juga Cuma ia ghaib daripada pancaindera. Bahagian pertama daripada Alam Ghaib ini dinamakan Sidratul Muntaha. Sidrat bermakna pokok bidara dan muntaha bermakna yang penghabisan. Sidratul Muntaha bermakna pokok bidara yang penghabisan. Ia merupakan satu tingkat alam yang menjadi perbatasan, tempat berhenti perjalanan dan ilmu makhluk yang dari alam atas dengan alam bawah. Apa sahaja yang datang dari bawah terhenti di Sidratul Muntaha dan apa sahaja yang turun dari atas juga terhenti di Sidratul Muntaha. Hanya yang mendapat keizinan dapat menyeberangi perbatasan ini.

Peristiwa mikraj menceritakan, “Kemudian baginda s.a.w sampai ke langit ke tujuh…tiba-tiba didapatinya Nabi Ibrahim a.s…Kemudian aku (Nabi Muhamamd s.a.w diangkat ke Sidratul Muntaha. Tiba-tiba kelihatan buahnya seperti tempayan dan daunnya seperti telinga gajah”.
Pada planet bumi kita ada pulau-pulau seperti tempayan dan semenanjung seperti telinga gajah. Alam Sidratul Muntaha juga mempunyai ciri-ciri yang demikian.

Pada bahagian tengah Sidratul Muntaha terdapatlah Baitul Makmur yang menjadi pusat pentadbiran alam bawah. Di bahagian atas Sidratul Muntaha terdapat satu lagi bahagian Alam Ghaib yang dinamakan al-Kursi berbentuk empat persegi. Seluruh alam maya yang diperkatakan hingga kini berada di dalam ruang alam al-Kursi yang ghaib ini. Al-Kursi pula menjadi alam yang kecil di dalam ruang alam Arasy ar-Rahman, yang masih lagi di dalam peringkat Alam Ghaib. Di bawah daripada Arasy ar-Rahman terdapat satu kumpulan syurga tujuh tingkat: Darul Jalal, Darussalam, Jannatul Ma’wa, Jannatul Khuldi, Jannatul Na’im, Jannatul Firdaus dan Jannatul ‘Adn.

Di kanan Arasy ar-Rahman terdapat pula sempadan yang memisahkan alam yang di atasnya dengan alam yang di bawahnya, dinamakan Sidratul Muntaha kedua. Arasy ar-Rahman dan Sidratul Muntaha kedua berada di dalam ruang angkasa bulatan Alam Syahadah semula yang dinamakan al-Mastawa. Al-Mastawa bukan lagi Alam Ghaib tetapi alam nyata. Pada keliling permukaan al-Mastawa terdapat Loh Mahfuz yang padanya al-Qalam menulis perintah Allah.

Al-Mastawa dengan segala isi kandungannya berada dalam satu bulatan alam yang juga Alam Syahadah, yang dinamakan Bumi Rendah atau Bumi Pertama. Alam Bumi Pertama ini dikelilingi oleh tiga lapisan alam. Lapisan pertama dinamakan Alam Laut. Lapisan Kedua dinamakan Alam Angin. Lapisan ketiga dinamakan Alam Kegelapan. Semuanya berada di dalam ruang angkasa Bumi Kedua. Bumi Kedua berada di dalam ruang angkasa Bumi Ketiga dan Begitulah seterusnya hingga ke Bumi Ketujuh.

Semua peringkat alam sehingga alam Bumi Ketujuh berada di dalam ruang angkasa bulatan alam yang dinamakan Alam Gunung Kemurkaan. Alam Gunung Kemurkaan berada di dalam bulatan alam yang dinamakan Alam Lautan Kegelapan. Di dalam Alam Lautan Kegelapan di bawah Alam Gunung Kemurkaan terdapat an-Nar atau neraka. Ada tujuh tingkat neraka: Jahannam, Sa’ir, Luzi, Huthamah, Jahim, Saqar dan Hawiyah.

Alam Lautan Kegelapan dikelilingi oleh lapisan alam yang dinamakan Alam Kegelapan. Di dalamnya terdapat Sijjin, penjara tempat disimpan roh-roh dan catatan amalan orang-orang kafir. Mengelilingi Alam Kegelapan ialah Alam Gunung Pendakian. Alam Gunung Pendakian dengan segala isinya berada di dalam kerangka yang dinamakan juga Gunung Qaf. Semua peringkat alam yang diperkatakan hingga kini termasuklah Gunung Qaf terakhir ini diistilahkan sebagai Alam Bumi. Ia masih di dalam peringkat Alam Malakut Bawah atau Alam Barzakh.

Alam Langit-Langit

Alam Bumi bergerak pada satu lakaran mengelilingi satu pusat yang dinamakan Kalbu Langit-langit. Selepas lakaran pusingan Alam Bumi ada pula tujuh lakaran lain, menjadikan lapan lakaran semuanya. Pada lakaran pertama hanya Alam Bumi berpusing mengelilingi Kalbu Langit-langit. Pada lakaran kedua terdapat 70,000 bulatan alam-alam mengelilingi Kalbu Langit-langit. Begitu juga pada lakaran ketiga sehingga lakaran ke lapan. Bulatan alam pada tujuh lakaran selepas lakaran Alam Bumi tersebut dinamakan Alam Langit-langit tujuh lapis. Alam Langit-langit ini sangat indah dan menjadi syurga Barzakh yang sekarang didiami oleh para malaikat. Ini adalah kumpulan syurga yang kedua, jua mempunyai tujuh tingkat dan memakai nama yang sama seperti syurga kumpulan pertama.

Selepas lakaran pusingan Alam Langit-langit ada satu lagi lakaran yang ke sembilan. Pada lakaran yang ke sembilan ini terdapat dua belas buah bulatan alam yang juga mengelilingi Kalbu Langit-langit. Alam yang dua belas ini dinamakan Buruj Alam Atas. Dan diberi nama mengikut lambang malaikat yang memerintah pada setiap alam tersebut: biri-biri, lembu, kembar dua, ketam, singa, gadis, neraka, busur panah, kambing, timba dan ikan. Begitulah nama 12 Buruj Alam Atas.

Sebenarnya terdapat juga Buruj Alam Bawah, iaitu bintang-bintang tertentu dalam Langit Dunia yang menjadi tempat pengawalan malaikat, menjaga supaya tidak ada syaitan yang dapat naik ke atas untuk mencuri maklumat dari alam atas. Mana-mana syaitan cuba menceroboh akan dipanah dengan panah api. Buruj Alam Atas pula bukanlah bintang tetapi adalah 12 buah alam yang sangat luas.

Planet bumi tempat kita tinggal ini apabila ia berpusing satu pusingan pada paksinya terjadilah satu hari. Apabila ia berpusing satu pusingan mengelilingi matahari terjadilah satu tahun matahari. Alam Bumi yang besar di dalam Alam Barzakh itu apabila berpusing satu pusingan di atas paksinya satu hari Alam Bumi yang dinamakan Hari Allah, bersamaan dengan satu ribu tahun matahari. “Dan satu hari di sisi Tuhan kamu adalah seribu tahun mengikut hitungan kamu”. (Surah al-Hajj, ayat 47).

Ukuran kelajuan pada peringkat ini bukan lagi kelajuan cahaya tetapi kelajuan malaikat, nur yang jauh lebih seni daripada sebarang cahaya yang diketahui. “”Malaikat dan roh naik kepada-Nya pada satu hari yang kadar ukurannya lima puluh ribu tahun”. (Surah al-Ma’arij, ayat 4).

Satu hari perjalanan malaikat bersamaan lima puluh ribu tahun matahari.

Kalbu Langit-langit memancarkan nur keseluruh alam-alam di sekelilingnya. Nur yang dipancarkan itu adalah ilmu Allah. Malaikat katibun menerima pancaran tersebut dan menulisnya di Loh Mahfuz dalam Alam Bumi.

Al Kursi Yang Agung

Semua alam-alam yang diperkatakan sehingga ini berada di dalam ruang angkasa al-Kursi al-A’dzam (al-Kursi Yang Agung), yang menjadi batas terakhir Alam Syahadah. Alam selepas al-Kursi Yang Agung ini adalah Alam Ghaib yang dinamakan Alam Misal.

Alam Misal

Alam Syahadah yang berbataskan al-Kursi Yang Agung dengan segala isinya berada di dalam ruang angkasa Alam Ghaib yang dinamakan al-Arasy al-Majid (al-Arasy Yang Megah), yang sudah termasuk dalam peringkat Alam Misal. Rasulullah s.a.w memberi gambaran tentang keluasan al-Arasy al-Majid, “Hai Abu Zar. Langit yang tujuh dan bumi yang tujuh di sisi al-Kursi hanya seumpama sebentuk cincin di atas padang pasir luas, dan al-Kursi di sisi al-Arasy hanya seumpama sebentuk cincin di atas padang pasir yang luas pula. Lebihnya al-Arasy daripada al-Kursi seperti lebihnya padang pasir yang luas daripada sebentuk cincin tersebut”.

Di bawah al-Arasy al-Majid terdapat pula sempadan yang memisahkan makhluk alam bawah daripada makhluk alam atas. Sempadan ini dinamakan Sidratul Muntaha ke tiga. Al-Arasy al-Majid mempunyai 18,000 tiang. Di sisi tiap-tiap tiang terdapat gugusan alam-alam yang merupakan syurga kumpulan ke tiga. Syurga kumpulan ini dinamakan Jannatul Firdaus Atas. Ia merupakan salah satu syurga yang tidak binasa bila berlaku kiamat. Syurga Jannatul Firdaus Atas menjadi sempadan terakhir Alam Barzakh atau Alam Malakut Bawah. Al-Arasy al-Majid yang di dalamnya terkandung Alam Barzakh, sudah termasuk di dalam peringkat Alam Malakut Atas.

Al-Arasy al-Majid mengelilingi satu pusat, pada satu lakaran. Pusat yang dikelilingi oleh al-Arasy al-Majid ini dinamakan Kalbu Alam. Lakaran pusingan al-Arasy al-Majid merupakan salah satu daripada seribu lakaran. Pada setiap lakaran itu terdapat satu buah alam yang besarnya lebih kurang sebesar al-Arasy al-Majid. Jadi, terdapat seribu alam-alam mengelilingi Kalbu Alam. Alam-alam tersebut dinamakan alam Arasy-arasy. Kalbu Alam menjadi pusat dan menguasai Arasy-arasy tersebut.

Al-Arasy al-Majid sama dengan Arasy-arasy yang lain terletak di dalam ruang angkasa alam yang dinamakan Alam Hijab. Alam Hijab yang mengandungi Arasy-arasy ini berada di dalam peringkat Alam Hijab yang lain pula, berlapis-lapis sehingga 70,000 lapis bagi satu peringkat Alam Hijab yang dinamakan Hijab Nur Putih. Kemudian ia diikuti oleh peringkat Alam Hijab yang lain, hinggalah kepada beberapa peringkat. Setiap peringkat mengandungi 70,000 lapisan Hijab. Peringkat terakhir dinamakan Hijab Ketunggalan, yang juga terdiri daripada 70,000 lapisan. Peringkat Hijab Ketunggalan berakhir dengan lapisan Hijab yang dinamakan Hijab Hamparan Emas.

Alam-alam bermula daripada al-Arasy al-Majid hingga ke lapisan Hijab Hamparan Emas merupakan syurga yang dinamakan Iliyyun. Ia juga terdiri daripada tujuh tingkat seperti syurga-syurga yang lain. Di Iliyyun inilah disimpan catatan amalan orang-orang yang beriman yang baik-baik.

Di atas permukaan Hijab Hamparan Emas terdapat umbi bagi Sidratul Muntaha ke empat.

Seluruh alam yang dinyatakan sehingga ini berada di dalam ruang alam yang dinamakan al-Arasy al-Karim (al-Arasy yang mulia). Ia menjadi batasan terakhir Alam Misal.

Manusia yang berada dalam Alam Syahadah di planet bumi, lebih-lebih lagi yang terkongkong dengan alam jasad, hanya memandang kepada yang zahir atau nyata sahaja. Akal fikirannya sukar menggambarkan betapa seninya jisim pada Alam Misal. Tetapi bagi seorang insan yang tinggi makamnya di sisi Allah dapat masuk ke dalam Alam Misal dan melihat keadaan di dalam alam tersebut, dan mendapati Alam Misal adalah satu alam yang boleh disaksikan dan dirasa, seperti Alam Syahadah juga. Apa yang ghaib itu apabila dibukakan ia menjadi nyata dan boleh berinteraksi dengannya. Jika ada kerusi di dalam alam ghaib itu maka kerusi tersebut boleh diduduki. Jika ada buah-buahan di sana maka buah-buahan tersebut boleh dimakan. Begitu juga air yang ada di sana.

Jisim tipis dalam Alam Misal dipanggil an-Nuur. Jisim bersifat nuur adalah jisim yang sangat murni. Ia juga merupakan benda-benda seperti benda-benda yang ada dalam Alam Syahadah. Ada yang bercahaya menyilaukan pandangan, ada yang cair seperti air dan ada yang padat seperti tanah dan logam. Tetapi ia lebih murni, lebih indah dan lebih ajaib daripada apa yang ada dalam Alam Syahadah.

Alam Arwah

Peringkat terakhir Alam Misal ialah al-Arasy al-Karim, selepasnya bermula pula Alam Arwah (Alam Roh). Pada Alam Arwah terdapat juga alam-alam Hijab. Seluruh al-Arasy al-Karim bersama-sama segala isi kandungannya berada di dalam bulatan sejenis Alam Hijab yang lebih ghaib dan lebih seni. Ada beberapa peringkat Alam Hijab dalam Alam Arwah. Setiap peringkat ada 7,000 lapis Hijab. Lapisan pertama daripada Alam Hijab itu dinamakan Hijab Permata.

Hadis mengenai mikraj menceritakan, “Hingga aku sampai pada Hamparan Emas. Kemudian aku maju lagi bersama malaikat wakil Hijab Hamparan Emas terus ke Hijab Permata, lalu mengetuk-ngetuknya. Berkata malaikat di belakang Hijab, ‘Siapa ini?’ Ia menjawab, ‘Tuan punya Hijab Hamparan Emas dan ini Muhammad Rasul Rabbil ‘Izzati’. Berkata malaikat itu, ‘Allahu Akbar!’ Ia pun menghulurkan tangannya dari bawah Hijab dan meletakkan daku di hadapannya. Begitulah keadaannya dari satu Hijab kepada Hijab yang lain hingga aku melampaui 70,000 Hijab, tebal tiap-tiap Hijab 500 tahun”.

“Maka meluncurlah bersamaku malaikat itu lebih cepat dari sekelip mata hingga sampai ke Hijab Permata. Ia mengetuk pintu Hijab. Berkata malaikat dari sebalik Hijab, ‘Siapa ini?’ Ia berkata, ‘Saya tuan punya Hamparan Emas. Ini Muhamamd Rasul al-‘Arabi bersamaku.’ Berkata malaikat itu, ‘Allahu Akbar!’ Lalu ia mengeluarkan tangannya dari bawah Hijab hingga dia meletakkan daku dihadapannya. Begitulah keadaannya dari satu Hijab kepada Hijab yang lain. Tiap-tiap satu Hijab perjalanannya lima ratus tahun dan di antara satu Hijab dengan Hijab yang lain lima ratus tahun”.

Semua lapisan Alam Hijab bermula selepas al-Arasy al-Karim merupakan syurga-syurga yang dipanggil secara tunggal dengan nama Darul Khulud, negeri yang abadi. Ia juga mengandungi tujuh tingkat dengan tujuh nama seperti syurga-syurga yang lain. Jannatul ‘And merupakan syurga yang paling tinggi, paling besar dan paling indah. Di dalamnya ada Syajaratul Thubi, pokok thubi, yang terdapat padanya satu syurga yang menjadi induk bagi semua syurga, dinamakan Darul Qarar, negeri ketetapan.

Di atas Jannatul ‘And adalah al-Arasy al-‘Adzim, arasy yang besar. Ia dinamakan juga al-Arasy al-Muhith, arasy yang meliputi, maksudnya meliputi seluruh alam makhluk. Al-Arasy al-‘Adzim merupakan bulatan terakhir atau kerangka yang paling luar bagi seluruh alam kejadian, alam makhluk atau apa sahaja yang Allah ciptakan. Al-Arasy al-‘Adzim mengandungi 70 juta lapisan kulit-kulit yang di antara satu kulit dengan kulit yang lain terdapat ruang angkasa. Al-Arasy al-‘Adzim dijadikan daripada nuur, jisim yang bersifat nurani, lagi seni dan tinggi. Hadis menceritakan tentang nuur al-Arasy al-’Adzim, “Diliputi pada tiap-tiap hari oleh seribu warna dari nuur”.
“(Diliputi) 70,000 warna dari nuur, tiada dapat dipandang kepadanya oleh seorang pun dari makhluk”.
“Nuur al-Arasy al-‘Adzim kalau dizahirkan kepada penduduk dunia ini dan (dalam keadaan) ia telah merendahkan diri (kepada Allah) nescaya lemah cahaya matahari bersamanya sebagaimana lemah cahaya pelita bersamanya (cahaya matahari) dan lebih kurang lagi”.
Meskipun nuur al-Arasy al-‘Adzim itu sangat kuat namun, orang yang mencapai makam yang tinggi pada sisi Allah dapat mendekatinya tanpa terjadi apa-apa dan mendapatinya suatu jisim alam yang sangat indah, tiada bandingannya.

Di bawah al-Arasy al-‘Adzim ada pula Loh Mahfuz yang kedua. Catatan yang tertulis di sini diambil oleh malaikat dan diturunkan kepada Kalbu Alam yang kemudian memancarkannya kepada Alam-alam Arasy, termasuklah al-Arasy al-Majid. Dari al-Arasy al-Majid ia diturunkan pula kepada Kalbu Langit-langit yang kemudiannya dipancarkan kepada Alam Langit-langit termasuklah Alam bumi di dalam Alam Barzakh. Begitulah salah satu cara perintah Tuhan turun seperingkat demi peringkat hingga sampai kepada masing-masing yang telah ditentukan.

Di bahagian atas al-Arasy al-‘Adzim yang paling luar dan paling tinggi terdapat satu alam yang besar dan indah dinamakan Qubah. Ia merupakan tempat yang paling tinggi dalam seluruh alam makhluk. Qubah ini merupakan syurga yang lebih indah daripada syurga-syurga yang lain. Ia juga terdiri daripada tujuh peringkat syurga seperti syurga-syurga yang lain.

Di dalam alam Qubah yang besar ini, pada bahagian yang paling atas, terdapat satu Qubah yang lebih kecil yang terdiri dari Permata Putih, berupa seperti sebuah mahligai yang besar terapung di ruang angkasa Qubah besar. Qubah Permata Putih ini merupakan tempat terakhir perjalanan mikraj Rasulullah s.a.w. Qubah besar menjadi pusat pentadbiran alam di bawahnya sebagaimana Baitul Makmur menjadi pusat pentadbiran alam yang lebih bawah. Qubah yang kecil pula menjadi inti atau istana bagi Qubah besar.

Apabila dilihat kepada keseluruhan alam makhluk maka bahagian yang ada Qubah itu diisyaratkan sebagai bahagian atas. Jika dibandingkan dengan sebiji buah maka Qubah itu adalah umpama tampuk yang menentukannya sebagai bahagian atas dan lawannya sebagai bahagian bawah.

Hingga kepada al-Arasy al-‘Adzim yang terdiri daripada 70 juta lapisan dengan Qubah di bahagian atasnya, maka tamatlah perbicaraan mengenai Alam Malakut Atas dan berakhir juga ilmu manusia tentang alam. Al-Arasy al-‘Adzim itulah kerangka alam. Ia adalah sebesar-besar makhluk. Seluruh alam atau kejadian yang Tuhan jadikan berada di dalamnya. Sekaliannya dinamakan Alam sahaja, atau dinamakan juga Alam Kejadian atau Alam Makhluk atau A’yan Luar atau al-Mumkinat (segala yang mungkin) atau Alam Yang Baharu atau Yang Selain Allah. Semuanya menggambarkan apa yang termasuk di dalam kalimah “KUN” (jadilah kamu).

Jisim dalam Alam Arwah bersifat latif atau halus atau murni atau terlebih ghaib. Insan yang tinggi makamnya pada sisi Allah memasuki alam yang terlebih ghaib ini dan mendapati alam ini sama seperti Alam Syahadah juga, berjisim dan berbentuk benda dalam bebagai-bagai keadaan yang boleh disaksikan dan dirasa. Jadi, seluruh alam, iaitu Alam Syahadah, Alam Misal dan Alam Arwah merupakan alam benda yang jika diizinkan boleh disaksikan samada dengan pancaindera ataupun dengan hati. Hati insan bersifat nurani, sama seperti sifat Alam Malakut. Kekuatan pancaran nuurnya boleh menembusi tujuh petala langit dan tujuh petala bumi untuk menyaksikan dan memperolehi makrifat tentang Alam Makhluk atau Alam Kejadian.
“Orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah untuk menerima Islam lalu ia beroleh nuur dari Tuhannya”. (Surah az-Zumar, ayat 22).
“Allah jualah nuur bagi semua langit dan bumi”. (Surah an-Nuur, ayat 35). “Perumpamaan nuur-Nya seperti sebuah lubang di dinding di dalamnya mengandungi pelita. Pelita itu berada di dalam kaca. Kaca itu bagaikan bintang berkilau-kilauan. Dinyalakan dari pohon kayu yang berkat iaitu minyak zaitun yang bukan dari timur dan bukan dari barat. Hampir minyaknya mengeluarkan cahaya dengan sendirinya biarpun tidak disentuh api”. (Surah an-Nuur, ayat 35). “Nuur di atas nuur”. (Surah an-Nuur, ayat 35).
“Dipimpin Allah kepada nuur-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (Surah an-Nuur, ayat 35).

Penutup

Bagaimana ahli al-kasyaf menyaksikan alam yang begitu luas dan jauh? Adakah dia perlu menaiki sejenis kenderaan dan terbang ke seluruh alam maya untuk menyaksikannya? Nabi Muhamamd s.a.w telah menaiki boraq dan mengembara ke seluruh alam di bawah bumbung Langit Dunia (Langit Pertama). Kemudian baginda s.a.w mikraj menggunakan tangga yang dihulurkan dari alam atas seumpama lif yang dibawa turun dari tingkat atas. Tetapi boraq hanya untuk kegunaan nabi-nabi tidak bagi manusia biasa, walaupun seorang yang kasyaf. Namun, Allah s.w.t mempunyai caranya sendiri untuk memperlihatkan alam ciptaan-Nya kepada sesiapa yang Dia kehendaki.

Cuba kamu pandang kepada sebuah bangunan. Kamu dapat melihat bangunan tersebut kerana ada cahaya dari sumber cahaya iaitu matahari. Cahaya matahari menerpa ke arah bangunan itu lalu membawa seluruh bangunan tersebut kepada mata kamu. Mata kamu juga bercahaya sebagai persediaan untuk menerima pancaran cahaya matahari yang datang. Jika mata kamu terpejam atau berselaput tidak mungkin cahaya matahari boleh memasukinya. Pertemuan cahaya matahari dari atas dengan cahaya mata di bawah melahirkan gambar pada belakang bola mata kamu. Gambar yang tertera pada skrin bola mata kamu itu dalam keadaan terbalik. Otak berperanan membetulkannya kembali. Otak boleh berfungsi sebagai kesan aktiviti akal. Akallah yang melihat bangunan tersebut. Seluruh bangunan yang begitu besar boleh masuk ke dalam akal kamu.

Andainya kamu berada di tempat yang tinggi dan pandangan kamu cukup kuat maka kamu boleh melihat seluruh planet bumi berada di dalam akal kamu. Akal kamu menjadi seperti satu ruang angkasa yang luas yang memuatkan planet bumi. Jika kamu berada pada tempat yang lebih tinggi dan pandangan kamu lebih kuat kamu akan dapat menyaksikan seluruh Alam Syahadah. Begitulah keadaannya hingga kamu dapat melihat seluruh Alam Misal dan Alam Arwah. Jadilah diri kamu seolah-olah satu ruang angkasa yang di dalamnya terapung-apung seluruh alam makhluk.

Jika kamu memandang kepada sebuah bangunan maka bangunan itu yang datang kepada kamu bukan kamu yang pergi kepadanya. Kamu tidak bergerak satu langkah pun. Begitu juga keadaan ahli al-kasyaf yang tidak bergerak dari tikar sembahyangnya namun dia dapat menyaksikan seluruh alam makhluk. Keadaan ini boleh terjadi kerana Allah jualah nuur bagi langit dan bumi. Nuur-Nya juga memancar di dalam kalbu orang mukmin. Nuur di atas nuur. Nuur dari alam atas membawa turun seluruh alam kejadian dan dapat ditangkap oleh nuur di bawah iaitu kalbu orang mukmin. Jadi, kalbu orang mukmin itu meliputi seluruh alam makhluk tanpa dia perlu terbang ke mana-mana.
“Dipimpin Allah kepada nuur-Nya siapa yang Dia kehendaki”.
“Katakanlah: Roh adalah urusan Tuhanku”.

Urusan Tuhan, inilah makam terakhir seorang hamba. Tidak ada apa-apa lagi padanya melainkan urusan Tuhan. Apabila dia sudah larut di dalam urusan Tuhan maka urusan Tuhanlah yang memperjalankannya ke seluruh alam maya hingga terdampar ke Sidratul Muntaha. Seterusnya memanjat ke Qubah yang menjadi puncak segala alam kejadian. Tidak ada apa-apa lagi kecuali:
"ALLAH, RABBIL ‘IZZATI!"
Allah jualah yang memiliki Hijab Yang Teguh.

Selasa, 12 Oktober 2010

Hikayat Seribu Satu Malam



Hikayat Seribu Satu Malam

Prolog: {Kisah Sapi Dan Keledai}


Adalah seorang pedagang yang makmur dan kaya-raya, yang hidup di pedalaman dan bekerja di ladang. Dia memiliki banyak unta dan ternak serta mempekerjakan banyak orang orang, dan dia mempunyai seorang isteri dan anak-anak yang telah dewasa maupun yang masih kecil. Pedagang ini mendapat pengetahuan tentang bahasa binatang, dengan syarat bahwa jika dia mengungkapkan rahasianya kepada seseorang, dia akan mati; karena itu, meskipun dia mengetahui bahasa segala jenis binatang, dia tidak mengatakannya kepada siapa pun, karena takut dia akan mati. Suatu hari, ketika ia sedang duduk, dengan isteri disampingnya, dan anak-anaknya bermain di hadapannya, dia memandang pada seekor sapi dan seekor keledai yang dipeliharanya di rumah pertanian itu, diikat dekat bak-bak makanan ternak, dan mendengar sapi itu berbicara kepada keledai, "Kawanku yang selalu waspada, kuharap engkau menikmati kenyamanan dan pelayanan yang engkau dapatkan. Tanahmu disapu dan diairi, dan mereka melayanimu, memberimu makanan dari biji-bijian yang telah diayak, dan menawarkan kepadamu air yang jernih dan sejuk untuk diminum. Aku, sebaliknya, dibawa keluar yang di tengah malam untuk membajak. Mereka memasangkan pada leherku sesuatu yang mereka namakan kuk dan luku, mendorongku sepanjang hari di bawah deraan cambuk untuk membajak ladang, dan menghelaku melebihi kekuatanku sampai pinggangku koyak, dan leherku mengelupas. Mereka mempekerjakanku dari hari ke hari, membawaku kembali pada waktu gelap, menawarkan kepadaku buncis yang terbalut lumpur dan rumput kering yang bercampur dedak, dan membiarkan diriku melewatkan malam di tempat yang penuh air kencing dan kotoran. Sementara itu engkau beristirahatdi atas tanah yang tersapu bersih, telah diberi air dan dihaluskan, dengan kotak makanan yang bersih dan penuh rumput kering. Engkau tinggal dalam kenyamanan, kecuali sekali-sekali majikanmu sang pedagang menunggangimu sebentar lalu kembali. Engkau enak-enak, sementara aku keletihan; engkau tidur, sementara aku terjaga."

Ketika sapi itu selesai berbicara, si keledai berpaling kepadanya dan berkata, "Tanduk hijau, tepat sekali mereka menamakanmu sapi, sebab engkau tidak pernah menipu, mendengki, atau berlaku kejam. Karena ketulusanmu, engkau bekerja dan menguras tenagamu untuk menyenangkan yang lain. Belum pernahkah kau mendengar peribahasa, 'Karena sial, mereka bergegas di jalan?' Engkau pergi ke ladang sejak dini hari untuk menerima siksaan bajak itu sampai engkau tak tahan lagi. Jika orang yang membajak itu membawamu kembali dan mengikatmu pada bak, teruslah kau menanduk dan menyeruduk dengan tandukmu, menyepak dengan kakimu, dan melenguh meminta buncis, hingga mereka menyorongkannya padamu; selanjutnya mulailah makan. Lain kali, jika mereka membawakan makanan untukmu, jangan makan dan bahkan jangan menyentuhnya, tetapi baui sajalah, lalu mundur dan berbaringlah di atas rumput kering dan jerami. Jika engkau lakukan ini maka hidup akan menjadi lebih baik dan lebih menyenangkan untukmu dan engkau akan mendapatkan keringanan."

Sambil mendengarkan, sapi itu merasa yakin bahwa si keledai telah memberinya nasihat yang baik. Dia mengucapkan terima kasih padanya, memuji-mu Tuhan karenanya, dan memohon rahmat-Nya untuknya dan berkata, "Semoga engkau selamat dari bahaya, kawanku yang waspada." Selama pembicaraan ini berlangsung, puteriku, sang pedagang mendengarkan dan memahaminya. Pada hari berikutnya, si tukang bajak mendatangi rumah sang pedagang dan, dengan membawa sapi itu, memasangkan kuk pada lehernya dan mempekerjakannya di ladang, tetapi sapi itu tetap tinggal di belakang. Tukang bajak itu memukulnya, tetapi menuruti nasihat si keledai, sapi itu menyembunyikan rasa sakitnya, menjatuhkan diri, dan si tukang bajak memukulnya lagi. Maka sapi itu bangun dan jatuh lagi sampai malam tiba, ketika si tukang bajak membawanya pulang, dan mengikatnya pada bak. Tetapi kali ini sapi itu tidak melenguh atau menyepak-nyepak tanah dengan kakinya. Sebaliknya, dia menarik diri, menjauhi bak makanan. Karena heran, si tukang bajak memberinya buncis dan makanan ternak, tetapi sapi itu hanya membaui makanan itu dan berbalik lagi dan berbaring agak jauh di atas rumput kering dan jerami, melenguh hingga pagi. Ketika si tukang bajak tiba, dia menemukan bak makanan seperti ketika dia meninggalkannya, penuh dengan buncis dan makanan ternak, dan melihat sapi itu berbaring menelentang, hampir tidak bernafas, perutnya menggembung, dan keempat kakinya terangkat ke atas. Si tukang bajak merasa kasihan dan berkata kepada dirinya sendiri, "Demi Tuhan, ia tampak lemah dan tidak mampu bekerja." Lalu dia mendatangi sang pedagang dan berkata, "Tuan, semalam sapi itu tidak mau makan atau menyentuh makanannya."

Sang pedagang, yang telah mengetahui apa yang terjadi, berkata kepada si tukang bajak, "Pergilah mencari si keledai ang cerdik, pasangkan padanya bajak itu, dan pekerjakan ia sampai tugas sapi itu selesai." Si tukang bajak pergi, menjemput keledai, dan memasangkan kuk pada lehernya. Lalu dia membawanya ke ladang dan menghelanya dengan cambukan-cambukan sampai ia menyelesaikan tugas sapi itu, dan sementara itu ia terus dicambuk dan dipukul hingga pinggangnya koyak dan lehernya mengelupas. Ketika malam tiba si tukang bajak membawanya pulang, dan si keledai hampir tidak mampu menyeret kaki yang menyangga tubuhnya yang lelah dan telinganya terkulai. Sementara itu si sapi menghabiskan hari itu dengan beristirahat. Dia makan selueruh makanannya, minum air, dan berbaring diam, mengunyah mamahannya dengan nikmat. Sepanjang hari ia selalu memuji-muji nasihat si keledai dan memohonkan rahmat Tuhan untuknya. Ketika si keledai kembali pada malam harinya, sapi itu berdiri menyalaminya dan berkata, "Selamat malam, kawanku yang waspada! Engkau telah memberiku pertolongan yang tak terlukiskan, sebab seharian ini aku duduk nyaman. Tuhan memberkatimu." Dengan memendam kemarahan, si keledai tidak menjawab, tetapi berkata kepada dirinya sendiri, "Semua ini terjadi padaku karena aku salah perhitungan. 'Aku akan duduk manis, tetapi terus berpikir.' Jika aku tidak menemukan suatu cara untuk mengembalikan sapi ini pada keadaannya semula, aku akan mati." Lalu dia mendatangi baknya dan berbaring, sementara sapi itu terus mengunyah mamahannya dan mensyukuri rahmat Tuhan atas dirinya.

"Engkau, puteriku, juga akan mati karena salah perhitungan. Jangan berkeras, duduk sajalah dengan tenang, dan jangan mengundang bahaya bagi dirimu sendiri. Aku menasihatimu karena aku sangat menyayangimu ." Gadis itu menjawab, "Ayah, aku harus menemui raja, dan Ayah harus menyerahkan aku kepadanya." Sang ayah berkata, "Jangan lakukan itu." Gadis itu berkeras, "Aku harus." Sang ayah menjawab, "Jika engkau tetap berkeras, aku akan melakukan apa yang dilakukan pedagang itu kepada isterinya." Gadis itu bertanya, "Ayah, apa yang dilakukan pedagang itu kepada isterinya?" Sang ayah berkata.

Senin, 11 Oktober 2010

Legenda Gunung Batu Hapu


LEGENDA GUNUNG BATU HAPU


Tidak beberapa jauh dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, terdapat dua desa yang bernama Tambarangan dan Lawahan. Menurut cerita orang-orang tua, dahulu kala di perbatasan kedua desa itu hiduplah seorang janda miskin bersama putranya. Nama janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putrinya Angui.
Mereka tidak mempunyai keluarga dekat sehingga tidak ada yang membantu meringankan beban anak beranak itu. Walaupun demikian, Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat tenaga agar kehidup-annya dengan anaknya terpenuhi.
Saat itu, Angui masih kecil sehingga ia masih senang bermain, belum ada kesadaran untuk menolong ibunya bekerja. Angui tidak mempunyai teman sebaya sebagai teman bermain. Sebagai gantinya, ia ditemani tiga ekor hewan kesayangannya, yaitu ayam jantan putih, babi putih, dan seekor anjing yang juga putih bulunya. Kemana pun ia pergi, ketiga ekor hewan kesayangan itu selalu menyertainya. Mereka tampak sangat akrab.
Pada suatu hari, ketika Angui sedang bermain di halaman rumah, melintaslah seorang saudagar Keling. Saudagar itu amat tertarik kepada Angui setelah menatap Angui yang sedang asyik bermain. Ia berdiri tidak begitu jauh dari tempat Angui bermain sambil terus mengamatinya. Dari hasil pengamatan itu, ia mendapatkan sesuatu yang menonjol pada penampilan Angui. Air muka Angui selalu jernih dan cerah. Ubun-ubunnya kelihatan berlembah. Dahinya lebar dan lurus. Jari-jarinya panjang dan runcing ke ujung. Di ujung-ujung jari itu terdapat kuku laki yang bagus bentuknya. Satu hal yang memikat adalah adanya tahi lalat yang dimiliki Angui. Tahi lalat seperti itu dinamakan kumbang bernaung.
Saudagar Keling mendapat firasat bahwa tanda-tanda fisik yang dimiliki Angui menunjukkan nasib baik atau keberuntungannya. Barang siapa memelihara anak itu akan bernasib mujur.
“Aku harus mendapatkan anak itu,” katanya dalam hati.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, saudagar itu segera menemui Nini Kudampai, sang ibu. Dengan keramahan dan kefasihan lidahnya berbicara selain janji-janji yang disampaikan, ia dapat menaklukkan hati Nini Kudampai. Nini Kudampai tidak keberatan jika Angui diasuh dan dipelihara saudagar itu. Angui pun amat tertarik untuk mengikuti saudagar itu pulang ke negerinya.
“Anak Ibu tidak akan hilang,” kata saudagar itu meyakinkan. “Percayalah Bu, suatu saat kelak ia pasti kembali menemui ibunya, bukan sebagai Angui yang sekarang ini, tetapi sebagai orang ternama.”
Walaupun Nini Kudampai telah merelakan kepergian anaknya, ia tidak dapat menyembunyikan rasa harunya ketika akan berpisah.  Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui meminta agar ketiga hewan teman bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya.
“Bu, tolong Ibu jaga  babi   putih, anjing putih, dan ayam putihku.  Jangan Ibu sia-siakan!” kata Angui sambil mencium tangan ibunya dengan linangan air mata.
Saudagar Keling pulang ke negerinya dan tiba dengan selamat bersama Angui.  Angui diasuh dan dipeliharanya, tak ubahnya meme-lihara anak kandung.  Angui hidup bermanja-manja karena kehendaknya selalu dikabulkan orang tua asuhnya.  Kemanjaan itu berakibat buruk kepadanya.  Ia lupa diri dan menjadi anak nakal, pemalas, serta pemboros.
Saudagar Keling sering tercenung seorang diri.
“Firasatku ternyata salah,” ka-tanya dalam hati, “rupanya keadaan lahir belum tentu mencerminkan sifat dan watak seseorang.”
Saudagar Keling merasa tidak mampu lagi menjadi orang tua asuh Angui.  Kehadiran Angui dalam keluarga itu hanya menyusahkannya saja.  Tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain mengusir Angui.  Saudagar Keling itu tidak mau memeliharanya lagi.
Angui amat menyesali kelakuan-nya selama ini.  Apa dayanya karena sesal kemudian tiada guna.  Ia hidup luntang-lantung tiada arah.  Kesempatan baik telah disia-siakannya.
Syukurlah, lambat laun Angui mampu mengatasi keputusasaannya. “Aku harus menjadi manusia yang berhasil,” katanya penuh tekad.
Ia menanggalkan sikap malasnya dan mau bekerja membanting tulang.  Ia tidak merasa malu melakukan pekerjaan apa pun, asal pekerjaan itu halal.
Beberapa tahun kemudian, berkat kerja keras dan kejujurannya dalam bekerja, ia menjadi seorang saudagar kaya.  Kekayaannya tidak kalah dibanding kekayaan saudagar Keling yang pernah menjadi orang tua asuhnya.  Ketenarannya melebihi saudagar Keling itu.
Akhirnya,  Kekayaan Angui melebihi kekayaan siapa pun di negeri Keling itu.  Namanya makin terkenal setelah ia berhasil menyunting putri raja Keling menjadi istrinya.  Sejak menjadi menantu raja,  Angui mendapat nama baru, yakni Bambang Padmaraga.
Meskipun sudah kaya, Angui alias Bambang Padmaraga sering terkenang kampung halamannya.  Ia amat rindu kepada ibunya, Nini Kudampai.  Ia juga teringat pada babi putih, anjing putih, dan ayam putih, ketiga teman bermain yang disayanginya.  Selain itu, ia ingin memperkenalkan istrinya kepada ibunya dan menunjukkan keberhasilan-nya di perantauan.  Ia ingin memba-hagiakan ibunya yang bertahun-tahun ditinggalkannya tanpa berita.
Pada suatu hari, Angui mempersiapkan sebuah kapal yang lengkap dengan anak buahnya.  Tidak lupa pula bekal untuk perjalanan jauh dan cendera mata.  Inang pengasuh bagi istrinya turut serta dalam pelayaran ke negerinya.  Ia dan istrinya menempati sebuah bilik khusus di dalam kapal  yang ditata begitu apik seperti dalam sebuah istana.
Berita kembalinya Angui dan istrinya, putri raja Keling, dengan naik kapal segera tersiar ke seluruh penjuru.  Nini Kudampai pun mendengar dengan penuh rasa syukur dan sukacita.  Apalagi kapal putranya itu konon merapat dan bersandar tidak berapa jauh dari kediamannya.
Nini Kudampai segera berangkat ke pelabuhan dengan menggiring ketiga hewan piaraan teman bermain Angui, yaitu babi putih, anjing putih, dan ayam putih.  Ia berharap agar Angui segera mengenalinya dengan melihat ketiga hewan itu.
Nini Kudampai pun berseru melihat Angui berdiri berdampingan dengan istrinya di atas kapal, “Anakku!”
Sebenarnya, Angui mengenali ibunya dan ketiga hewan piaraannya.  Akan tetapi, ia malu mengakuinya di hadapan istrinya karena penampilan ibunya sangat kumal.  Jauh berbeda dengan ia dan istrinya.  Ia memalingkan muka dan memberi perintah kepada anak buahnya, “Usir perempuan jembel itu!”
Hancur luluh hati Nini Kudampai diusir dan dipermalukan putra kandung yang dilahirkan dan dibesarkannya.  Angui mendurhakainya sebagai ibu kandung.  Ibu yang malang itu segera pulang ke rumah.  Tiba di rumah, ia memohon kepada Yang Mahakuasa agar Angui menerima kutukan.
Belum pecah riak di bibir, begitu selesai Nini Kudampai menyampaikan permohonan kepada Tuhan, topan pun mengganas.  Petir dan halilintar menggelegar membelah bumi.  Kilat sabung-menyabung dan langit mendadak gelap gulita.  Hujan deras bagai dituang dari langit.  Gelombang menggulung kapal bersama Angui dan istri serta anak buahnya.  Kapal dan segenap isinya itu terdampar di antara Tambarangan dan Lawahan.  Akhirnya, kapal dan isinya berubah menjadi batu.
Itulah     sekarang   yang    dikenal  sebagai  Gunung  Batu  Hapu,      yang      telah     dibenahi  pemerintah   menjadi   objek       pariwisata.     Setiap       saat,  terutama     hari    libur,     tempat     itu   banyak dikunjungi  orang

(H. Yustan Aziddin, Cerita  Rakyat dari Kalimantan Selatan : 1993)